Senin, 18 April 2016

Essay 1



MUSLIM GLOBALISASI

Perkembangan zaman adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari oleh siapapun, jika kita hanya mengikuti zaman saja bukan tidak mungkin jika kita akan hanyut oleh arus zaman yang semakin hari semakin menyesatkan. Era globalisasi ini sudah tidak bisa dipungkiri lagi jika banyak perubahan paradigma pandangan masyarakat tentang arti sebuah kehidupan, nyawa sudah tidak berharga, kehormatanpun diobral layaknya pakaian bekas dipasar loak. Lantas kita sebagai remaja muslim harus berbuat apa? apakah kita hanya mengikuti arusnya dan ikut-ikutan tersesat? Jelas tidak. Kita sebagai remaja muslim haruslah mulai berbenah, mempersiapkan diri menghadapi perang moral yang semakin hari semakin dekat khususnya di era globalisasi ini. Karena kitalah yang bertanggung jawab dalam mempertahankan tonggak agama kita, agama islam. Islam akan hancur jika semua remaja muslimnya sudah terbawa arus globalisasi, sudah ikut-ikutan trend kekinian yang semakin hari semakin jauh dari aqidah islam, karena Allah SWT dalam firmannya:
Tuhan  tidak akan mengubah nasib suatu bangsa/kaum sebelum bangsa/kaum itu mengubah apa yang ada di dalam dirinya sendiri
(Q.S : Ar Rad 13, ayat 11)
Maka maju atau mundurnya agama islam di era globalisasi ini bergantung kepada kita, bukan bergantung kepada pemerintah ataupun yang lainnya. Biarkan mereka yang sudah hanyut dibawa zaman, tinggal tugas kita agar mempertahankan jati diri muslim kita agar tidak juga ikut hanyut dibawa zaman.
Lantas apa yang harus kita lakukan agar tidak terbawa arus yang menyesatkan ini?
Mudah sekali!
Hanya satu cara menyelesaikan masalah ini!
Ayo hijrah!
Hijrah menuju ke jalan yang lebih baik adalah kewajiban seorang muslim, hijrah bisa mengantarkan kita ke kehidupan yang lebih baik lagi, dengan hijrah kita bisa menjadi muslim yang seutuhnya, karena jika kehidupan kita sudah baik hari ini dan akan terus baik ke depannya, Allah SWT tidak akan melihat dosa-dosa kita terdahulu karena dosa-dosa terdahulu kita itu sudah lebur oleh kebajikan-kebajikan kita, seperti firman Allah SWT:
Tidak berdosa bagi orang beriman dan mengerjakan kebajikan tentang apa yang mereka makan (dahulu), apabila mereka bertaqwa dan beriman, serta mengerjakan kebajikan, kemudian mereka tetap bertaqwa dan beriman, selanjutnya mereka (tetap juga) bertaqwa dan berbuat kebajikan. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”
(QS AlMaidah 93)
Lalu hijrah seperti apa yang bisa kita lakukan? Apakah kita harus pindah tempat tinggal ke pondok pesantren agar kehidupan kita bisa menjadi lebih agamis? Tidak! Hijrah bisa dilakukan tanpa harus pindah ke pondok pesantren ataupun lingkungan yang lebih agamis. Hijrah bisa dilakukan ditempat tinggal kita sendiri.
Untuk langkah awal berhijrah, bisa dimulai dengan mulai menjadi pribadi yang lebih baik, mulailah belajar untuk jujur, latih diri anda untuk berkata jujur misalnya untuk satu minggu awal, dan rasakan efek yang akan anda dapatkan, karena dengan jujurlah awal dimulainya kehidupan yang baik. Dengan jujur hidup kita menjadi bahagia, walaupun awalnya akan mengalami kesusahan dalam mempertahankan kejujuran kita tersebut namun akan lebih baik dibandingkan kita berbohong. Dengan berbohong hidup kita akan menjadi tidak bahagia.
Setelah menjadi pribadi yang baik maka belajarlah untuk menjadi muslim yang baik. Dengan memulai membiakan ibadah dengan lebih tekun dan melaksanakan amalan sunnah, mulailah mendekatkan diri dengan sesama orang muslim untuk mempererat tali persaudaraan sesama muslim.
Kita kita sudah berhasil menjadi pribadi yang baik dan muslim yang baik. Maka mulailah kehidupan baru anda menjadi sebuah bintang, jangan menjadikan diri anda dikehidupan anada yang baru sebagai awan.
Perumpamaan hidup seperti awan adalah kehidupan yang membumbung tinggi kelangit bukan karena hidupnya yang berbobot namun karena ringannya, kehidupan seperti itu adalah kehidupan yang hanya ingin menjadi buah bibir , menjadi terkenal , tetapi sebenarnya tidak mempunyai prestasi apa-apa. yang membuatnya menajdi terkenal dan buah bibir adalah sensasi kosong yang selalu dibuatnya. Seseorang yang menajdi awan selalu ingin terlihat tinggi dimata teman-temannya. Ingin dihargai dan dihormati dalam kehidupan sehari-hari. Ingin semua yang dikatakannya didengarkan. Dia ingin semua orang memandangnya sebagai orang yang berprestasi. Tetapi, ironisnya semua itu tidak didukung dengan kondisi yang sebenarnya. Dia tidak mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang memadai, tidak mampu mewarnai kondisi lingkungan dan kehidupannya, tidak memberikan inspirasi bagi lingkungannya, dan tidak mempunyai prestasi yang menonjol. (Mufidah,Abu & J Hariyadi,242,2013)
Sebaliknya, seharusnya kita hidup seperti bintang. Bintang yang mempunyai sumber cahaya didalam dirinya yang tercemin pada kehidupan sehari-harinya. Dalam kehidupan kita, sumber cahaya itu adalah ilmu, keterampilandan sikap mental yang dimiliki. Bintang memiliki wawasan dan pandangan yang luas dalam bidang yang digelutinya, membuatnya menjadi sumber pengetahuan bagi dirinya sendiri dan lingkungannya.
Seorang bintang memiliki keterampiladan prestasi kerja, yang membuat hidupnya bermanfaat bagi orang lain. Seorang bintang dapat memanfaatkan keterampilannya untuk mencapai kehidupannya yang lebih berwarna, dan membawa kehidupan orang lain lebih baik.
Perumpamaan ini mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang tidak sombong dengan kelebihan yang kita punya, karena pada dasarnya kita hanyalah makluk ciptaan Allah SWT. Namun seharusnya kita bisa memanfaatkan kelebihan kita manjadi pemacu kita untuk hidup lebih baik lagi dan lebih bermanfaat lagi untuk kehidupan orang lain, dengan seperti itu kita bisa manjadi bintang yang akan memujudkan kebangkitan kejayaan islam di era globalisasi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar