MUSLIM GLOBALISASI
Perkembangan zaman adalah sesuatu yang tidak bisa
dihindari oleh siapapun, jika kita hanya mengikuti zaman saja bukan tidak
mungkin jika kita akan hanyut oleh arus zaman yang semakin hari semakin
menyesatkan. Era globalisasi ini sudah tidak bisa dipungkiri lagi jika banyak
perubahan paradigma pandangan masyarakat tentang arti sebuah kehidupan, nyawa
sudah tidak berharga, kehormatanpun diobral layaknya pakaian bekas dipasar
loak. Lantas kita sebagai remaja muslim harus berbuat apa? apakah kita hanya
mengikuti arusnya dan ikut-ikutan tersesat? Jelas tidak. Kita sebagai remaja
muslim haruslah mulai berbenah, mempersiapkan diri menghadapi perang moral yang
semakin hari semakin dekat khususnya di era globalisasi ini. Karena kitalah
yang bertanggung jawab dalam mempertahankan tonggak agama kita, agama islam.
Islam akan hancur jika semua remaja muslimnya sudah terbawa arus globalisasi,
sudah ikut-ikutan trend kekinian yang semakin hari semakin jauh dari aqidah
islam, karena Allah SWT dalam firmannya:
“Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu bangsa/kaum
sebelum bangsa/kaum itu mengubah apa yang ada di dalam dirinya sendiri”
(Q.S : Ar
Rad 13, ayat 11)
Maka maju atau mundurnya agama islam di era
globalisasi ini bergantung kepada kita, bukan bergantung kepada pemerintah
ataupun yang lainnya. Biarkan mereka yang sudah hanyut dibawa zaman, tinggal
tugas kita agar mempertahankan jati diri muslim kita agar tidak juga ikut
hanyut dibawa zaman.
Lantas apa yang harus kita lakukan agar tidak
terbawa arus yang menyesatkan ini?
Mudah sekali!
Hanya satu cara menyelesaikan masalah ini!
Ayo hijrah!
Hijrah menuju ke jalan yang lebih baik adalah
kewajiban seorang muslim, hijrah bisa mengantarkan kita ke kehidupan yang lebih
baik lagi, dengan hijrah kita bisa menjadi muslim yang seutuhnya, karena jika
kehidupan kita sudah baik hari ini dan akan terus baik ke depannya, Allah SWT
tidak akan melihat dosa-dosa kita terdahulu karena dosa-dosa terdahulu kita itu
sudah lebur oleh kebajikan-kebajikan kita, seperti firman Allah SWT:
“Tidak
berdosa bagi orang beriman dan mengerjakan kebajikan tentang apa yang mereka
makan (dahulu), apabila mereka bertaqwa dan beriman, serta mengerjakan
kebajikan, kemudian mereka tetap bertaqwa dan beriman, selanjutnya mereka
(tetap juga) bertaqwa dan berbuat kebajikan. Dan Allah menyukai orang-orang
yang berbuat kebajikan”
(QS
AlMaidah 93)
Lalu hijrah seperti apa yang bisa kita lakukan?
Apakah kita harus pindah tempat tinggal ke pondok pesantren agar kehidupan kita
bisa menjadi lebih agamis? Tidak! Hijrah bisa dilakukan tanpa harus pindah ke
pondok pesantren ataupun lingkungan yang lebih agamis. Hijrah bisa dilakukan
ditempat tinggal kita sendiri.
Untuk langkah awal berhijrah, bisa dimulai dengan
mulai menjadi pribadi yang lebih baik, mulailah belajar untuk jujur, latih diri
anda untuk berkata jujur misalnya untuk satu minggu awal, dan rasakan efek yang
akan anda dapatkan, karena dengan jujurlah awal dimulainya kehidupan yang baik.
Dengan jujur hidup kita menjadi bahagia, walaupun awalnya akan mengalami
kesusahan dalam mempertahankan kejujuran kita tersebut namun akan lebih baik
dibandingkan kita berbohong. Dengan berbohong hidup kita akan menjadi tidak
bahagia.
Setelah menjadi pribadi yang baik maka belajarlah
untuk menjadi muslim yang baik. Dengan memulai membiakan ibadah dengan lebih
tekun dan melaksanakan amalan sunnah, mulailah mendekatkan diri dengan sesama
orang muslim untuk mempererat tali persaudaraan sesama muslim.
Kita kita sudah berhasil menjadi pribadi yang baik
dan muslim yang baik. Maka mulailah kehidupan baru anda menjadi sebuah bintang,
jangan menjadikan diri anda dikehidupan anada yang baru sebagai awan.
Perumpamaan hidup seperti awan adalah kehidupan yang
membumbung tinggi kelangit bukan karena hidupnya yang berbobot namun karena
ringannya, kehidupan seperti itu adalah kehidupan yang hanya ingin menjadi buah
bibir , menjadi terkenal , tetapi sebenarnya tidak mempunyai prestasi apa-apa.
yang membuatnya menajdi terkenal dan buah bibir adalah sensasi kosong yang
selalu dibuatnya. Seseorang yang menajdi awan selalu ingin terlihat tinggi
dimata teman-temannya. Ingin dihargai dan dihormati dalam kehidupan
sehari-hari. Ingin semua yang dikatakannya didengarkan. Dia ingin semua orang
memandangnya sebagai orang yang berprestasi. Tetapi, ironisnya semua itu tidak
didukung dengan kondisi yang sebenarnya. Dia tidak mempunyai kemampuan dan
pengetahuan yang memadai, tidak mampu mewarnai kondisi lingkungan dan
kehidupannya, tidak memberikan inspirasi bagi lingkungannya, dan tidak
mempunyai prestasi yang menonjol. (Mufidah,Abu & J Hariyadi,242,2013)
Sebaliknya, seharusnya kita hidup seperti bintang.
Bintang yang mempunyai sumber cahaya didalam dirinya yang tercemin pada
kehidupan sehari-harinya. Dalam kehidupan kita, sumber cahaya itu adalah ilmu,
keterampilandan sikap mental yang dimiliki. Bintang memiliki wawasan dan
pandangan yang luas dalam bidang yang digelutinya, membuatnya menjadi sumber
pengetahuan bagi dirinya sendiri dan lingkungannya.
Seorang bintang memiliki keterampiladan prestasi
kerja, yang membuat hidupnya bermanfaat bagi orang lain. Seorang bintang dapat
memanfaatkan keterampilannya untuk mencapai kehidupannya yang lebih berwarna,
dan membawa kehidupan orang lain lebih baik.
Perumpamaan ini mengajarkan kita untuk menjadi
pribadi yang tidak sombong dengan kelebihan yang kita punya, karena pada
dasarnya kita hanyalah makluk ciptaan Allah SWT. Namun seharusnya kita bisa
memanfaatkan kelebihan kita manjadi pemacu kita untuk hidup lebih baik lagi dan
lebih bermanfaat lagi untuk kehidupan orang lain, dengan seperti itu kita bisa
manjadi bintang yang akan memujudkan kebangkitan kejayaan islam di era
globalisasi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar